
95af550865e459ba3024fd69a0e64f01.ppt
- Количество слайдов: 73
MEMBANGUN DAYA TARIK DAERAH UNTUK INVESTASI Triarko Nurlambang PUSAT PENELITIAN GEOGRAFI TERAPAN UNIVERSITAS INDONESIA
• Mengapa investasi daerah penting? • Permasalahan investasi di Indonesia /daerah • Bagaimana meningkatkan daya tarik investasi daerah? a. Pengembangan kompetensi inti daerah b. Komunikasi pemasaran
MENGAPA INVESTASI (FDI/ Foreign Direct Investment) PENTING?
BENEFITS AND RISKS Benefits: Although the benefits of FDI are well known, the magnitude of the potential effects is determined by the economic characteristics of a given country and a host of other factors. FDI can have a direct impact on economic growth, income generation and job creation. Higher levels of FDI can also trigger increasing levels of total trade of goods and services and a variety of other linkages with the domestic economy, such as technology transfer, human capital formation, creation of new industries and greater integration into the world economy. risks: Yet, FDI may also entail risks, such as displacement of local industries, environmental degradation or loss of sovereignty. In the case of countries with lower levels of development, key binding constraints to fully benefit from FDI are associated with low levels of skilled labour, non-functioning or nonexistent infrastructure, poor access to basic services, limited technology and lack of or underdeveloped financial markets. Sumber: UNCTAD, 2008
Sumber: UNCTAD, 2008
Apa yang dipertimbangkan dalam membuat Kebijakan Investasi? spesifik: • Struktur Institusional dan mekanisme untuk mempromosikan dan memfasilitasi investasi dan layanan setelah investasi; • Perlakuan Kebijakan yang konsisten dengan Perda terhadap investor , mis. Perlindungan investor, penempatan dan kompensasi, dll. ; • Perjanjian internasional untuk investasi , mis. Perjanjian bilateral dan multilateral; dan • Koheren antara tujuan keseluruhan pembangunan dan peraturan yang berlaku bagi FDI peraturan lain yang terkait: • Perpajakan; • Kendali pertukaran uang, ijin perdagangan, dan transfer modal; • Pasar tenaga kerja, termasuk mengukur pengaruhnya terhadap tenaga asing; • Hak kepemilikan tanah; • Manajemen Lingkungan Hidup; • Praktek Good Governance dan akuntansi; • Peraturan dan perundangan; • Kompetisi; • Perlindungan Intellectual property/ Hak paten; • Transfer of technology; • Peraturan sektor khusus, seperti dalam bid. Telekomunikasi, perbankan, pertambangan, dll. , dan • Perjanjian perdagangan regional dan integrasinya
APA PERMASALAHAN BERINVESTASI DI INDONESIA ?
Permasalahan Layanan Publik (Prosedur Investasi) dan Daya Saing Negara Jumlah prosedur Waktu (hari) Biaya (US$) Indonesia 12 151 1. 163, 31 Malaysia 9 30 965, 76 Thailand 8 33 159, 63 Vietnam 11 56 136, 07 China 12 41 158, 14 Filipina 11 50 201, 50 India 11 89 264, 59 Australia 2 7 600, 02 Sumber: Subarsono dalam Dwiyanto (2005) • Menurut World Economic Forum, Daya Saing Global Indonesia mengalami peningkatan dari urutan 69 (2005/6) menjadi urutan 50 (2006/7) dari 125 negara yang disurvey • Apakah, dengan demikian, daya tarik Indonesia bagi investor menjadi lebih tinggi daya saingnya? Bagaiaman kontribusi Pelayanan Publik? • Jika belum, bagaimana mengatasinya? Apa kriteria dan ukuran serta bagaimana mengawasi pelaksanaan ketetapan peraturan dan perundangan Pelayanan Publik untuk menunjukkan ada peningkatan ?
Indonesia
PERUBAHAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN NASIONAL OLD NEW SISTEM POLITIK Otokrasi - represif Demokrasi keterbukaan SISTEM ADMINISTRASI PUBLIK Sentralistik Desentralistik (Otonomi Daerah) SISTEM EKONOMI Monopoli oligopoli Persaingan dan transpransi ORIENTASI PEMBANGUNAN Pertumbuhan secara materiil People centre development MODAL (CAPITAL YANG JADI PERHATIAN) Uang dan infrastruktur POPIS : Physical, Organizational, Power, Intelectual, Sociocultural GENERATOR PEMBANGUNAN Pemerintah dan konglomerat Swasta dan UKM
PARADIGMA VISI MISI STRATEGI DAN IMPLEMENTASI PENCAPAIAN TUJUAN (VISI&MISI) KNOWLEDGE NATIONAL AND GLOBAL & SKILLS ORIENTATION INNOVATION INDUSTRY AND CULTURE REGIONAL STRENGHTS FAVORABLE INVESTMENT CLIMATE
VISI DAN MISI RPJP NASIONAL 2005 -2025 Visi Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur Misi 1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing 3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum 4. Mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan 6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari 7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasis kepentingan nasional 8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional
Ta rge Me t PA PA nga D B el M c tan Asl (Pen u Pad um aa i. M d anf Daya asy apat a m l Pe ber ima Know ara an ledge kat um Opt S Know & ) um how Pr Cend SDM Bel og erung Rend SD ram ah Be M Dik lum Da Regulasi Daerah e la Industri Be Op rah t Yang Kurang lum tim h Berbasis Pa asi Kondusif al da a. M Keunikan L md erung okal Pe nd Infrastruktur e rat C ok Daerah Yang Bir t or kurang Mendukung p tuk Retri Ex an rben busi Te ct in L Daer re om elum baga ah M intas B Di D embu Komo Lem angan n sih at d ag s Tidak iti Daera No Ma Perd Sejeni h Komp ah e etitif Daer ng Hous i Trad Peran Lem baga Riset Daer ah Belum Ber fungsi
Evaluasi Investasi dan Bisnis Yang Ada Di Daerah Informasi Yang perlukan Tambahan UTAMA 1. Produksi dan Kapasitas 2 Jenis/ukuran Investasi 3. Pemasaran 4. Asal Bahan Baku Utama 5. Teknologi 6. Nilai Tambah 7. Jml Tenaga Kerja 8. Kontribusi pada Daerah Investasi yang Strategis, Maju dan Prospektif Profil Investasi Dan BISNIS Jenis dan Prioritas Investasi belum Maju tapi prospek Investasi yang perlu dibantu 1 Investasi/TK 2 Produktivitas TK 3. Tenaga Kerja Lokal 4. Sarana Pelatiha TK 5. Status Perusahaaam 6. Tingkat Pencemaran 6 Lainnya (spesifik) Investasi Yang sudah Tidak punya prospek
Regional Attractiveness Index (PWC, 2002) The Regional Attractiveness Index (RA-Index), as we developed it, is a view regarding to the relative capacity of a region to develop and to attract investments that sustain economic growth. Areas with significant socio-economic potential generally attract investment, as they tend to offer adequate infrastructure, human resources and business opportunities However, less developed areas may become equally attractive for certain categories of investors, generally risk-takers willing to benefit from the incentives available for investments in these particular areas or niche players looking for very specific resources. By understanding political, economic, business, social and living standard environment of a specific region, investors may develop more useful forecasts and build better insights into where they should concentrate their business activity.
Peringkat Daya Saing Daerah (per tahun 1999) Provinsi Pering kat Keselu ruhan I II IV V VI VIII IX Ek. daerah Keterbuk aan Sist. Keu. Infrst & SDA IPTEK SDM Kelemba gaan Gov. &ke bijakan Mgt & mikroek. DKI JKT 1 1 3 1 1 18 21 1 Kaltim 2 3 2 16 2 12 6 1 2 6 Jatim 3 9 1 10 3 3 5 14 16 2 Jateng 4 4 6 5 9 10 3 3 4 8 Bali 5 12 7 6 8 4 7 4 5 7 DIY 6 7 15 8 15 2 2 9 8 3 Jabar 7 2 5 15 13 5 4 16 19 5 Sulsel 8 10 17 12 5 8 14 11 7 9 Lampung 9 19 14 4 18 6 10 10 15 4 Kalteng 10 8 18 9 12 17 15 5 1 15 Riau 11 5 4 11 4 20 20 20 10 10 Sumut 12 6 8 14 7 11 8 22 22 11 Sulut 13 15 12 18 10 9 9 7 20 16 Kalsel 14 23 20 13 6 7 16 15 17 12 Jambi 15 20 11 2 22 22 17 6 6 13 Sumsel 16 14 13 7 16 15 11 2 18 14 Sumbar 17 16 26 20 14 14 13 12 11 17 Sultra 18 18 21 21 23 19 19 13 3 20 Sulteng 19 21 24 19 17 16 21 21 9 18 NTT 20 13 9 3 21 23 25 25 12 22 Sumber: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan – BI, 2001
Perin gkat Provinsi Skor (skala 1 -6) 1 Kalimantan Tengah 2 Jambi 4, 35 3 Sulawesi Selatan 4, 35 4 Kalimantan Timur 4, 33 5 Bali 4, 25 6 DI Yogyakarta 4. 23 7 Jawa Tengah 4, 20 8 Sulawesi Tenggara 4, 18 9 Riau 4, 15 10 Sulawesi Tengah 4, 15 11 DKI Jakarta 4, 10 12 NTB 4, 10 13 Lampung 14 Maluku Aturan Pemda Bidang Investasi (Peringkat per data tahun 1999) 4, 48 Perin gkat Provinsi Skor (skala 1 -6) 15 Kalimantan Selatan 4, 03 4, 08 16 Sumatera Barat 4, 02 4, 08 17 Sumatera Selatan 4, 02 18 Jawa Timur 4, 02 19 Sumatera Utara 4, 00 20 Sulawesi Utara 3, 98 21 Irian Jaya 3, 90 22 Bengkulu 3, 89 23 Kalimantan Barat 3, 88 24 Jawa Barat 3, 88 25 NTT 3, 83 26 DI Aceh 3, 00 Peraturan Pemda (Perda) tentang Investasi, baik yang baru maupun perluasan investasi; apakah sangat kondusif bagi aktifitas bisnis? jawaban pada skor Sumber: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan – BI, 2001
BAGAIMANA MEMBANGUN DAYA TARIK INVESTASI ? a. Membangun Kompetensi Inti Daerah
WINNING STRATEGIES THROUGH VALUE CREATION Competitive Strategy Competitive Advantage Distinctive Competencies Generic Strategy Organizational Capabilities Competitive Position Resource Available: Tangibles, Intangibles, HR Market Attractiveness Resource Based Strategy Market Based Strategy
Pokok-pokok Pemikiran Strategis Visioning Memasuki Pasar Global International Trade CAPACITY BUILDING Visioning End Product Core Business my o Core Product se Ba e dg Core Competency Building Kn n co d. E Join Venture Internet e wl o Contractual Arrangement Strategic Routing Direct Export Indirect Export T 1 Foreign Direct Invest. T 2 Existing Entry Model T 3
Membangun Indonesia In-Corporate Nasional Regional Perusahaan Industri Propinsi Kabupaten Satu Kompetensi Inti SAKA SAKTI Sektor Ekonomi
FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN INDUSTRI DAYA SAING STRATEGI KAPABILITAS ORGANISASI COLLECTIVE LEARNING KOMPETENSI TANGIBLE FISIK KEUANGAN INTANGIBLE TEKNOLOGI REPUTASI SYARAT : SDM BUDAYA KETRAMPILAN & PENGETAHUAN KHUSUS AKSES KE PASAR TIDAK MUDAH DITIRU KONTRIBUSI KE STAKE HOLDER KOMUNIKASI & INTERAKTIF MOTIVASI
THE ROOT OF COMPETITIVENESS Produk akhir 1 2 3 ATASE PERDAGANGAN TRADING HOUSE ITPC BISNIS 1 4 5 6 7 8 9 10 11 12 ATASE PERDAGANGAN TRADING HOUSE ITPC BISNIS 2 BISNIS 3 BISNIS 4 PRODUK INTI 1 PRODUK INTI 2 KOMPETENSI KABUPATEN 1 KOMPETENSI KABUPATEN 2 KOMPETENSI KABUPATEN 3 KOMPETENSI KABUPATEN 4
INDUSTRI AGRI TERINTEGRASI Pupuk Kandang Rotasi KACANG Daun & Buangan Padat Pupuk Kandang Daun & Buangan Padat POHON SINGKONG SAPI Buangan Padat & Cair Tepung Tulang & Darah IKAN GURAME
Farmasi Daun Pakan Ternak Pangan Manusia S I N G K O N G Etanol Pangan Charcoal Kreasi/Bunga kering Tepung Tape Briquet pangan Papan Partikel Batang Pellet/Pakan Ternak Tepung Singkong Kulit Keripik Pakar Ternak Tepung Roti Casabe Meal Farina Milk Makanan Fou African Dish Agbelima Hasil Olahan Tapioka Pearl/Flakes Umbi Tape Ketela Gula Daging Gaplek Pati Modifikasi Pati Teknologi Baru Protein (Protein Sel Tunggal) Fermentasi Alkohol/ Etanol Asam Sitrat Asam Laktat Glukosa Fruktosa Sukrosa Maltosa Sirup Monosodium Glutamat Kertas Adhesives Urea Formaidehyde Resin Coadjuvant Tepung Pasta Aceto Cyanohydrin Cuka Bahan Bakar Motor
Men amb n 1 tka a Pili han h gka tan n Kon eni dapa at M n k MENINGKATKANMas sumsi yar Pe syara aka KESEJAHTERAAN Ma t MASYARAKAT 3 MENCIPTAKAN STABILITAS NILAI TUKAR FUNGSI PEMERINTAH DI BIDANG EKONOMI 2 MENCIPTAKAN LAPANGAN PEKERJAAN KEGIATAN INVESTASI
KERANGKA PIKIR DASAR KERJA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Keinginan masy. KKR terwujud dalam RPJP KKR RPJM 4 R m ala nd a V Kondisi keseluruhan KKR saat ini , isi a id M is n ju Tu RPJM 2 RKPD 2 J RP P KK RPJM 3 RKPD 4 Tolok ukur kemajuan pemb. 5 thn-3 Tolok ukur kemajuan pemb. 5 thn-2 Tolok ukur kemajuan pemb. 5 thn. -1 RPJM 1 RKPD 1 Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keinginan masyarakat (20 tahun) Upaya yang dibutuhkan
Analisa Kompetensi Inti Daerah ? ? ? kapasitas ekspor Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 Fase 5 Direct export Sudah tua perlu peremajaan dan inovasi (Tahap peremajaan) grant>= investasi Korporat sudah matang/ dewasa (tahap dewasa) grant>= investasi Korporat sudah mulai matang/ dewasa (tahap remaja) grant>= investasi Indirect export ? Spin-off A FS usul B 1 Internal Growth Strategy • Expansion • Diversification B 2 C D Tahap awal (startup) perlu banyak bantuan khususnya dari pemerintah (tahap “bayi-balita”) grant> investasi External Growth Strategy kapasitas produksi • Expansion - Merger • Diversification - Sub-contracting • Joint Venture
SKENARIO PEMBANGHUNAN 20 THNAN KAB. KUBU RAYA DAN RPJMD Tingkat kesejahteraan, kemandirian dan ungulan Direct export (External growth) Pemda sudah matang/ dewasa (tahap dewasa) APBD< investasi RPJMD 5 thnan-1 Fase Konsolidasi & membangun fondasi : kapasitas kelembagaan dan SDM ? RPJMD 5 thnan-2 ? Fase Pertumbuhan: Pertumbuhan ekon. daerah, kelengkapan fasum/fasos, membattasi eksploitasi SDA Terjadi penurunan kapasitas (Penuaan) RPJMD 5 thnan-3 Indirect export (internal growth) Fase Pengembangan : mandiri, sejjahtera, lestari Neraca Pembangunan Berkelanjutan berbasis SDA/LH masih negatif Innovasi dan kreasi unggulan lokal (peremajaan) mempertahankan keunggulan RPJMD 5 thnan-4 Fase Unggulan : kompetensi unggulan, daya saing tinggi, masy. Madani, LH/SDA terkendali dan produktif Neraca Pembangunan Berkelanjutan (berbasis SDA/LH) positif kapasitas pembangunan berkelanjutan
BAGAIMANA MEMBANGUN DAYA TARIK INVESTASI ? b. Membangun Kapasitas Pemasaran Daerah
1. Pembangunan Layanan Komunitas 2. Rancang-Ulang dan Rencana Perkotaan/ Lokal 3. Pembangunan Ekonomi 4. Rencana Startegi Pemasaran (Kottler, et. al, 2004)
1. Audit Area 2. Visi, Misi dan Tujuan 3. Formulasi Strategi 4. Rencana Kerja 5. Pelaksanaan dan Kendali
Rencana Analisa global Analisa lokal Strategi Segmentasi Taktik Targeting Analisa sektor unggulan Diferensiasi Positioning Marketing Mix Analisa SWOT Selling Tujuan Usaha Nilai Merk Pelayanan Manajemen Berhasil / Sukses
PEMASARAN SATU KOTA
CIRI DAERAH YANG SEMAKIN TIDAK MENARIK UNTUK INVESTASI; JIKA DINAMIKA MENURUN
CIRI DAERAH YANG SEMAKIN MENARIK UNTUK INVESTASI; JIKA DINAMIKA TUMBUH
Hard Attraction Factors • Stabilitas Ekonomi • Produktifitas • Beban Biaya • Konsep Properti • Jaringan Pendukung Layanan Lokal • Infrastruktur Komunikasi • Lokasi Strategis • Skema dan program insentif Soft Attraction Factors • Fokus Pembangunan • Kualitas Hidup • Kompetensi Tenaga Kerja dan Profesional • Budaya • Hubungan Personal • Gaya Manajemen • Dinamika dan Fleksibilitas • Profesional dalam berhubungan dengan pasar atau stakeholders • Entrepreneurship Note: Hard factors adalah segala yang dapat diukur secara material Soft factors adalah sesuatu yang tidak mudah diukur dan cenderung sebagai penilaian subyektif terhadap satu lokasi (Kotler, et. al. , 2002)
Identitas Daerah Citra dan tampilan diri Citra dimata target prog. Pemasaran Investasi Citra dimata Masy. Umum Citra dimata Mitra Citra dimata Karyawan PROGRAM KERJA KOMUNIKASI Reputasi Daerah Citra dimata Lemb. Pemerintah
BEST AWARENESS BEST REMODEL BEST RECOGNITION BEST DELIVERY BEST AVAILABILITY Great Brand selalu memiliki keunikan; lantas mengapa kota-kota di Indonesia selalu ingin membangun dengan konsep yang mirip? Bagaimana bisa membangun “brand kota”?
Visi/ Misi dan Sasaran Pimpinan Deputi Perencanaan dan Pemantauan IMC Deputi Unit/ tim komunikas i Konsistensi Positioning Interaksi Komunikasi berbasis Misi • Titik kontak • Target/khalayak kunci • Persepsi • Keterpautan • Keterkaitan media • Bank data • Dialog berkelanjutan • Fokus • Relevansi • Tujuan Jangka Panjang • Persuasif Reputasi Jalinan Hubungan Loyalitas khalayak Ekuitas “Merk” (Lembaga / Program) Nilai Tambah
Best Practice Educating Communication for Influencing Positive Behaviors Principle #1: Take advantage of prior and existing successful campaigns Principle #2: Start with target market most ready for action Principle #3: Promote single, simple, doable behaviors – one at a time Principle #4: Identify and remove barriers to behavior change Principle #5: Bring real benefits into the present Principle #6: Highlight costs of competing behaviors Principle #7: Promote a tangible object or service to help target audiences perform the behavior Principle #8: Consider nonmonetary in the form of recognition and appreciation Principle #9: Have a little fun with messages Principle #10: Use media channels at the points of decision making Principle #11: Get commitments and pledges Source: Kottler & Lee, 2006
Success Story – The Champion KOMPAS newspaper Principle #1: Take advantage of prior and existing successful campaigns
Principle #3: Promote single, simple, doable behaviors – one at a time PLEASE DECIDE TO SMOKE OUTSIDE More than 6, 000 children die each year in the United States from exposure to secondhand tobacco smoke. Exposure to tobacco smoke is reported to raise a child’s risk of: • Ear infections by 19% • Tubes in the ears by 38% • Asthma by 43% • Bronchitis by 46% • Tonsillectomies by 60 -100% • SIDS by 200% Source: Kottler & Lee, 2006
Public Awareness and Understanding: the Fuel of Change Reorienting Education to Support Sustainability Pattern of Change Continue change & accelerated Un-continue change (incremental change) Shifting to Sustainable Lifestyle: Changing Consumption and Production Pattern Ethics, Culture, Equity: Sustainable as a Moral Imperative Mobilizing for Action United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, 1997 Principle #4: Identify and remove barriers to behavior change
Mendorong Publik Untuk Menjadikan Investasi sebagai Tujuan Pembangunan yang Penting (Model Hipotesis membangun posisi – dari awareness s/d kegiatan pembangunan) Tahap Model AIDA Model Hirarki Efek Model Inovasi Adopsi Keterbukaan Kesadaran Tahap kognitif Perhatian Kesadaran Pengetahuan Kesukaan Minat Tahap pengaruh Penerimaan Respon kognitif Minat Sikap Evaluasi Maksud Preferensi Keinginan Keyakinan Tahap perilaku Model Komunikasi Percobaan Tindakan Pembelian Adopsi Perilaku Komunitas lingk.
Principle #5: Bring real benefits into the present Principle #6: Highlight costs of competing behaviors http: //timpakul. multiply. com/journal? &page_start=60 Contoh perhatian pemerintah untuk Perubahan Iklim dan LH Please don’t deliver these messages from contradictory character to your children Lapindo mud tragedy
Principle #7: Promote a tangible object or service to help target audiences perform the behavior Principle #8: Consider nonmonetary in the form of recognition and appreciation Our Mother Nature is getting Sad and Suffer desaingrafisindonesia. files. wordpress. com
Principle #9: Have a little fun with messages Source: Kottler & Lee, 2006
Principle #11: Get commitments and pledges Source: Kottler & Lee, 2006
Changing Face of Social Marketing Communications New Social Marketing Communications Realities Marketers Have Shifted Away From Mass Marketing Less Broadcasting Improvements in Information Technology Has Led to Segmented Marketing More Narrowcasting Principle #10: Use media channels at the points of decision making
The Situation Analysis Explain where the company/organisation is, how it got there, and where it wants to be in the future Objectives Those things we want the advertising campaign to achieve The Target Profile A description of those individuals who would be the most likely to purchase the product/program The Positioning Statement The Creative Strategy The Media Plan A short paragraph explaining how the company wants the consumer to perceive the product Is the part of the plan that describes the specific theme and approach of the advertising A list of communication vehicles that will carry the advertising/campaign
Setting the Promotion Mix Nature of Each Promotion Tool Advertising Reaches Many Buyers, Expressive (Impersonal) Personal Selling Personal Interaction, Builds Relationships (Costly) Sales Promotion Provides Strong Incentives to Buy (Short-Lived) Public Relations Believable, Effective, Economical (Underused by Many Companies) Direct Marketing Nonpublic, Immediate, Customized (Interactive)
MEDIUM KEKUATAN KELEMAHAN Suratkabar Cakupan intensif Fleksibilitas Prestise Koordinasi pengiklan atau pengedar Masa berlaku terbatas (harian) Bacaan yang melelahkan Reproduksi lemah Majalah Pasar terpilih Masa berlaku lebih panjang Kualitas produksi tinggi Prestise Layanan extra Cakupan massa yang luas Memberikan dampak tinggi Dapat diulang Prestise Flexibilitas Pendengar terpilih Flesibel ‘Mobil’ Waktu/ cakupan area tidak fleksibel Tidak fleksibel untuk menggandakan perubahan Penetrasi pasar secara keseluruhan lemah Perlu distribusi yang luas Efisiensi-Biaya Bersifat pribadi Interaktif Tidak mengindahkan kepentingan pribadi Daya jangkau terbatas Dibutuhkan keahlian tertentu/khusus Televisi Radio Internet Pesan yang diberikan dapat memicu Dilaksanakan secara komersial Sulit untuk diseleksi Biaya tinggi Terfragmentasi Tergantung dari kualitas suara Asupan sensor terbatas
• Membangun posisi dan citra yang kuat • Menetapkan insentif daya tarik • Menyampaikan (delivery) berbagai bentuk produk/jasa/layanan secara efisien dan mudah • Mempromosikan daya tarik dan manfaat suatu tempat, contoh kampanye: -> The Amazing Thailand (Thailand) -> The Trully Asia (Malaysia) -> The Never Ending Asia (Yogyakarta)
Promosi : komunikasi yang dilakukan oleh satu perusahaan/ lembaga kepada audiens yang beragam dengan keinginan untuk memberitahu dan mempengaruhinya. Iklan: adalah komunikasi melalui media yang dilakukan oleh perusahaan/ lembaga.
MODEL PENINGKATAN POSITIONING LEMBAGA Model Komunikasi Merek Lembaga · Identitas lembaga · Komunikasi pemasaran · Citra Lembaga Voiceshare Mindshare POSITIONING The act of designing the company’s offering an image to occupy a distinctive place in the target market’s mind Strong Position 3 langkah mencapai POSISI YANG KOKOH • • Positioning Elements: Pricing Prog. Quality Service Distribution 1. Merumuskan model nilai stakeholders (stakeholders value) 2. Mengembangkan hirarki stakeholders value 3. Menetapkan paket stakeholders value Heartshare Marketshare Top Refferal K O G N I T I F Afektif Konatif Customer Relation Management
1. Underpositioning 2. Overpositioning 3. Confused Positioning 4. Doubtful Positioning
COMMUNICATION SUCCESS FORMULA FOKUS PADA NILAI-NILAI STAKEHOLDER Publisitas dan Iklan Terbaik (Voices share) SUPERIOR NILAI dan PROGRAM SUPERIOR LAYANAN HEARTSHARE MINDSHARE MARKET SHARE R EPUTASI - GCG
triarko@yahoo. com
Contoh kasus dan latihan Pembangunan jembatan/terowongan Selat Sunda • Apakah pembangunan jembatan/terowongan Selat Sunda memang dapat meningkatkan daya tarik pulau Sumatera dan pulau Jawa ? Apa alasannya? • Negara mana kira-kira yang akan tertarik dan menjadi investor jangka panjang? (bukan hanya investasi pada proyek jembatan atau terowongannya saja tetapi post-pembangunan jembatan/terowongan tadi)
umum kondisi pulau Sumatera dan Jawa 2007 Threat Status of Natural forest in 38 EFRs Threat Status Critically Endangered Vulnerable Near Threatened Least Concern (Loss since 1985) (>70% ) (50 -70%) (40 -50%) (20 -40%) (0 -20%) Many EFRs in Eastern lowland Swamp zones are “Critically Endangered ” or “Endangered”. Many EFRs in Western coast, Hill and Montane zones are “Near Threatened” or “Least Concern”. oristic Region
Natural forest loss 1985 -2007 by Function by Province Sumber: WWF, 2008
5. Indikasi umum kondisi pulau Sumatera dan Jawa Air Ketersediaan air per kapita (m 3/kapita/th) 1990 1995 2000 2005 (Qrata+Air Tanah) (Qrata+Air (Q 90%+Air Tanah) DKI Jakarta 138 124 136 152 59 Jawa Barat*) 2, 347 2, 165 1, 907 1, 744 431 Jawa Tengah 1, 480 1, 421 1, 368 1, 303 268 DI Yogyakarta 762 713 714 689 194 Jawa Timur 1, 280 1, 231 1, 205 1, 139 294 1, 583 1, 491 1, 414 1, 338 323 Nama Provinsi Jawa Catatan: *)Termasuk Banten kondisi umum lh pulau sumatera dan jawa mengarah pada situasi kritis
Identifikasi AWAL Penyeberangan Selat Sunda (1) UU Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2009: Pasal 15 • Pemerintah (Pusat) dan Pemda wajib membuat KLHS untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi dasar dan terintegrasi dalam kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP) pembangunan • Pemmerintah dan Pemda wajib melaksanakan rekomendasi KLHS dalam penyusunan RPJP (N/D), RPJM (N/D), dan RTRW (N/D) Pasal 16 • KLHS mencakup daya dukung dan daya tampung, perkiraan resiko LH, kinerja jasa ekosistem, efisiensi SDA, resiliensi dan kapasitas adaptasi perubahan iklim, ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati Pasal 17 • KLHS menjadi dasar KRP di suatu wilayah Pasal 18 • Tata laksana KLHS diatur dalam PP Pasal 19 • Perencanaan tata ruang wajib didasarkan KLHS untuk menjaga kelestarian fungsi LH dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung
Contoh Simplifikasi Integrasi Keterkaitan Sistem LH dan Sistem Ekonomi (Kerangka Pemahaman KLHS) Sistem Lingkungan Hidup Kejadian ekstrim (bencana) Perubahan pada emisi dan tutupan lahan Tekanan Ekonomi Perubahan pada pola produksi dan konsumsi KEBIJAKAN Mitigasi Adaptasi Kerentanan Tekanan LH Naiknya permukaan air laut Ketersediaan SD Air, udara dan tanah berkualitas Perubahan pada SD Air, Penggunaan Tanah, Permodalan, Ketenagkerjaan, dan Produktifitas Dampak pd Ekonomi Dampak pd LH Perubahan Iklim dan Variasinya Sistem Ekonomi
Identifikasi AWAL Konsekuensi Penyeberangan Selat Sunda (2) Pendekataan perhitungan dampak kumulatif: a. Daya dukung. Daya tampung ( minus ) 10 – 15 tahun ? ? Daya dukung. Daya tampung ( maksimum ) ? ? Titik Kritis Ekologis ? Daya dukung. Daya tampung ( surplus ) Teknik perhitungan - linier - non-linier - kombinasi (system dynamic) b. Orientasi output - Trade-off? - Zero sum game? - Positive sum game? Sebelum konstruksi JSS Saat konstruksi JSS Tahap awal ? Tahap operasi penuh Setelah beroperasi JSS Solusi Strategis: ‘ bend-down the curve’ • Sumatera berpotensi sebagai hinterland Jawa aliran (barang dan manusia) dari Sumatera- Jawa dialihkan sebaliknya secara berimbang (urusan penataan ruang) • Pola konsentrasi pembangunan linier (mengikuti jalur “life in the fast lane” trans Sumatera dan Pantura Jawa) perlu dipecah/disperse secara terkendali sesuai daya dukung dan daya tampung
Dampak Positif secara ruang • Akan lebih memberikan multiplier effect ekonomi mengikuti jalur transportasi daripada nodal /pusat pengembangan di mulut penyeberangan (seperti pengalaman Eurotunnel) • Pertumbuhan ekonomi dapat lebih cepat karena transaksi barang dan jasa lebih lancar • Peluang untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih terbuka seiring dengan lebih banyak modal mengalir Dampak Negatif secara ruang • Pada jalur linier transporatsi Sumatera-Jawa akan lebih cepat mengalami tekanan dan konsekuensi alih lahan. • Struktur sosial budaya dan pola kehidupan sehari-hari akan berubah ke arah yang lebih rasional. • Mengingat lemahnya daya saing pada sektor sekunder dan tersier maka tekanan pada sektor primer akan menjadi titik utama, artinya eksploitasi SDA akan meningkat tajam. Tekanan terhadap biodiversitas meningkat. • Ekosistem berubah peluang percepatan perubahan iklim • Bagaimana perhitungan portofolio terhadap total aset (tangibel/intangibel) demi PB? • Jika SDA dan daya dukung semakin terbatas bagaimana siklus ekonomi nya? Berapa tahun “golden period”nya ?
CONTOH PENETAPAN STRATEGI DAN SOLUSI DIKAITKAN DENGAN PERATURAN YANG BERLAKU UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup RPJP/RPJM : Daya saing daerah √ √ √ Pemanfaatan SDA √ Good Governance √ √ Investasi √ √ Keanekaragama n hayati √ Mitigasi dan Adaptasi terhadap perubahan iklim Resiko LH √ Efisiensi SDA Daya tampung √ Jasa ekosistem Daya dukung Penataan ruang/Penggunaan tanah √ √ Tema-tema yang dianalisis dengan menggunakan KLHS STRATEGI √ √ √ √ √ SOLUSI Manajemen penggunaan tanah (P 4 T) Jawa – Sumatera Incorporate √ Efisiensi SDA/SD alternatif √ √ √ √ Good Governance/ Public participation √ Pola kerjasama (Public Private Partnership) √ √ √
1 2 3 2 9 3 8 7 4 6 5 Regulation of fees and franchises Decline in profitability 5 Withdrawal of capital and services 6 1 Consolidaion 4 10 Entrepreneurial Public take over 7 Public subsidies 8 Declining efficiency 9 Dilemma of subsidy cuts, fee increase and service cuts 10 Privatization
Themes On-the-job training Tech. demo parks Training programmes Research University courses Short-term courses Identification of best/good practices Themes Information management Market research Tech. transfer (offers / requests) Information campaigns Consumer education Actors NGO’s Local Gov. Private industry Research Institutions Universities Research Education Training Actors Chamber of commerce NGO’s Local Gov. Foreign Offices Embassies Business Support Services Themes Transportation Supply of electricity / gas Actors Local Gov. Private sector Urban planners Commercial banks Multilateral institutions Themes Infrastructur e Provision FOSTERING BUSINESS PARTNERSHIPS Financing Special incentives Legislation Rules, etc. Export processing zones Manufacturing Subcontracting Tax free / tax incentives Land leases Special industrial parks Themes Actors Contractual obligations Chambers of commerce Actors Raw materials Local Government Packaging Private sector Pre/post sales initiatives Commercial banks Actors Local Gov. Commercial banks Central bank Financial Regulatory body Themes Policy systems Legislation, Acts Standards, ISO provisions Awards, fees, fines Private sector Manufacturing process Themes Tax incentives Special loans Low-interest loans Microfinance Subsidies and grant Actors Local government Regional/National Gov. Universities Research Institutions
95af550865e459ba3024fd69a0e64f01.ppt