
b739f897ee6409ad62ae00e1aa1c7626.ppt
- Количество слайдов: 18
Kualitas muslimin Indonesia tertinggal. . . !! Pendidikan, Iptek, dll oleh: Eropa Utara, Amerika Utara, Australia dan Selandia Baru yang menganut Protestan; Eropa Selatan dan Amerika Selatan yang memeluk agama Katolik Romawi; Eropa Timur yang menganut Katolik Ortodoks; Israel yang Yahudi; India (mayoritas) Hindu; Cina, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, dan Singapura yang menganut agama Budha. Konfusianis; Jepang yang menganut Budha-Taois; dan Thailand yang Budhis.
Solusinya. . . . !!! Kembali kpd petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah sbg rujukan dan inspirasi dalam bertingkah laku, berilmu pengetahuan, berpolitik, berekonomi, dan dalam dimensi kehidupan yang lain. & Kita harus mampu menangkap Api Islam dan membuang abunya” Yaziidu fil kholqi maa yasyaa innalloh ‘ala kulli syai-in qodir (QS. Faathir: 35, 1)
DORONGAN AL-QUR’AN DAN HADITS TERHADAP PENGEMBANGAN IPTEKS ﻳﺮﻓﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﻣﻨﻮﺍ ﻣﻨﻜﻢ ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﻭﺗﻮﺍ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺩﺭﺟﺎﺕ Artinya: “Allah meningkatkan derajat orang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat”. ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻭﺭﺍﺛﺔ ﺍﻷﻨﺒﻴﺎﺀ Artinya: “Para ulama adalah pewaris para Nabi” Al-syauki bersyair: ﻗﻢ ﻟﻠﻤﻌﻠﻢ ﻭﻓﻪ ﺍﻟﺘﺒﺠﻴﻞ ۞ ﻛﺎﺩ ﺍﻟﻤﻌﻠﻢ ﺃﻦ ﻳﻜﻮﻥ ﺭﺳﻮﻻ Artinya: “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang rasul”. ……?
Konsep ipteks § Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra, intuisi, dan firasat. § Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi, diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah. § Teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan
§ Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi tersebut berkembang menjadi budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. u Dalam pemikiran sekuler, sains memiliki tiga karqakteristik, yaitu obyektif, netral, dan bebas nilai. Dalam pemikiran Islam, sains tidak boleh bebas dari nilai-nilai, baik nilai local maupun universal.
Cara / metode memperoleh ilmu n n Dalam pandangan Al-Qur’an, [1] maupun dalam konsep filsafat Islam, [2] ilmu dapat diperoleh melalui dua jalan, yaitu jalan kasbi atau hushuli dan jalan ladunni atau hudluri. Jalan kasbi adalah cara berfikir sistematik dan metodik yang dilakukan secara konsisten dan bertahap melalui proses pengamatan, penelitian, percobaan, dan penemuan. Ilmu ini biasa diperoleh manusia pada umumnya, sehingga seseorang yang melalui proses itu, dengan sendirinya akan memperoleh ilmu tersebut. Sedangkan ilmu ladunni atau hudluri, diperoleh orang-orang tertentu, dengan tidak melalui proses ilmu pada umumnya, tetapi oleh proses pencerahan dengan hadirnya cahaya Ilahi dalam qalb, dengan hadirnya cahaya Ilahi itu semua ilmu terbuka menerangi kebenaran, terbaca dengan jelas dan terserap dalam kesadaran intelek, seakan orang tesebut memperoleh ilmu dari Tuhan secara langsung. Di sini Tuhan bertindak sebagai pengajarnya. (membendung sungai&menggali sumur) [1] M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, hal. 435 -436 , [1] M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an hal. 435 -436 [2] Musa Asy’arie, Filsafat Islam, hal 72. Islam,
sumber wacana intelektual Islam secara garis besar terdiri dari empat l l ayat-ayat Al-Qur’an dan sunnah Rosululloh yang melahirkan ilmu aqidah, syari’ah dan akhlak. ayat-ayat kauniyah/alam semesta yang melahirkan berbagai disiplin ilmu, yang utamanya filsafat dan sains. ayat-ayat ijtima’iyah/interaksi social, terutama melahirkan ilmu politik dan social. ayat-ayat wujdaniyah atau pengalaman spiritual pribadi seseorang. Pengalaman ini tidak mudah ditiru oleh orang lain, kalaupun ditiru hasilnya dipastikan berbeda. Wilayah ini yang dalam perkembangannya memunculkan ilmu tasawuf.
Sarana memperoleh pengetahuan (1) (2) (3) Ibnu Sina : indera (indera dalam-yang mengarah pada intuisi dan indera luar yang berupa panca indera) dan akal. Imam Al-Ghazaly yang didukung sejumlah pemikir Islam kontemporer, Sayyid Naquib al-Attas, Harun Nasution, Ahmad Tafsir, dan Amin Abdillah: indera, akal dan kalbu. Sa’duddin at-Taftazani, bahwa metode memperoleh ilmu melalui tiga sumber, yaitu persepsi indera (idrak alhawaaas), persepsi akal sehat (ta’aqqul) serta intuisi hati (qalb), dan melalui informasi yang benar (khabar shaadiq) Sebagai konsekuensinya, jenis pengetahuan yang berkembang dalam dunia Islam adalah pengetahuan inderawi (empirisme), pengetahuan rasional (rasionalisme), dan pengetahuan kalbu (intuisionalisme).
Petunjuk Al-Qur’an: Dalam surat Al-’Alaq (96): 1 -5 § ”Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. ” Dari ayat keempat menunjukan ilmu kasbi (dengan perantaraan kalam) dan ayat (dengan kalam) kelima menunjuki ilmu ladunni(mengajarkan apa yang tidak diketahuinya). § Ayat yang khusus mengindikasikan adanya ilmu ladunni atau min ladunna adalah dalam surat Al-Kahfi (18): 65 § ”Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba Kami, yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu dari sisi Kami. ” § Demikian juga dalam surat Al-Baqarah (2): 31 -32, § ”Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam, nama-nama (benda-benda) semuanya. Kemudian Dia mengemukakannya kepada para malaikat seraya berfirman, ”Sebutkanlah nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar (menurut dugaanmu). ” Mereka (para malaikat) menjawab, Maha Suci Engkau, tiada pengetahuan kecuali yang telah Engkau ajarkan. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. ”
Objek yang perlu dikaji n n Quraish Shihab berpendapat, [1] secara garis besar, objek ilmu dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu alam materi dan alam non materi. Oleh karena itu sebagian ilmuwan Muslim, khususnya kaum shufi melalui ayat-ayat Al-Qur’an memperkenalkan ilmu yang mereka sebut al-hadlarat Al-Ilahiyah al-khams (lima kehadiran Ilahi) untuk menggambarkan hierarki keseluruhan realitas wujud. Kelima hal tersebut adalah: (1) alam nasut (materi), (2) alam malakut (alam kejiwaan), (3) alam jabarut (alam ruh), (4) alam lahut (sifat-sifat Ilahiyah), dan (5) alam hahut (Wujud zdat Ilahi). Secara agak berbeda, Musa Asy’ari, [2] melihat dari sisi konsep filsafat Islam, bahwa objek kajian ilmu adalah ayat-ayat Tuhan sendiri, yaitu ayat-ayat Tuhan yang tersurat dalam kitab suci yang berisi firman-Nya, dan ayat-ayat Tuhan yang tersirat dan terkandung dalam ciptaan-Nya yaitu alam semesta dan diri manusia. Nurcholis Madjid[1], dalam pandangannya, objek pengetahuan adalah seluruh tanda-tanda yang diberikan Tuhan kepada manusia dalam rangka mengenal-Nya. Dalam bahasa Arab, kata ‘ilmu satu akar kata dengan ‘alam (bendera atau lambang), ‘alamat (alamat atau pertanda), dan ‘aalam (jagad raya, univers). Ketiga perkataan ini, ‘alamat, dan ‘aalam, mewakili gejala yang harus diketahui atau di-ma’lum-i, yakni menjadi objek pengetahuan. Berbeda dengan para pakar sebelumnya, Dr. Musthafa Mahmud, [1] menilik objek ilmu secara lebih menukik masuk pada sumber kehidupan, yakni “Wajah” Allah SWT. Dasar argumentasinya surat Al-Baqarah (2): 115, Allah berfirman, “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. ”
q q Dalam pemahamannya tentang ayat di atas, bahwa segala keanekaragaman dan bentuk dalam museum alamiah raksasa ini tidak lain adalah pantulan dari kekuasaan Ilahiyah dan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Ke mana pun mereka memalingkan pandangan, di sana mereka dapat membaca ayat-ayat Allah dan mengagungkan keagungan. Nya. Di sana tidak ada yang lain selain daripada Dia. Sehingga terdapat kata-kata orang ‘arif yang melukiskan keberadaan Allah pada segala sesuatu: “Dialah Allah yang ada di mata setiap yang memandang”. Maksudnya adalah bahwa Allah ada pada segala sesuatu yang dilihat dan pada yang melihat. Itulah keberadaan-Nya yang mutlak; “Maha Suci Tuhan-ku yang meliputi segala sesuatu dengan rahmat dan ilmu; (Dia adlh Yg Melihat, Mata, dan Yg Dilihat) jika Anda mempelajari Al-Qur’an, berarti Anda mempelajari kalam-Nya; jika Anda mempelajari kitab alam berarti Anda mempelajari karya ciptaan -Nya; jika Anda mempelajari ilmu fisika berarti Anda mempelajari hokumhukum-Nya (sunnatullah); jika Anda mempelajari sejarah berarti Anda mempelajari kehendak Ilahiyah; jika Anda mempelajari seni berarti Anda mempelajari keindahan asma-Nya (Al-Badi’, Al-Khaliq, Al-Mushawwir). Tidak ada tempat berlari bagi Anda, sebab kemana pun tuju, Anda berada di bawah kekuasaan-Nya. ”.
Sifat ilmu o (1) Achmad Baiquni[1] berilustrasi, orang yang mengatakan bahwa sains bersifat netral, tidak jahat dan tidak pula baik, dan bahwa yang jahat atau yang baik adalah mereka yang menggunakanya, dapat mengemukakan sebagai contoh misalnya, reaksi kimia antara hidrogen dan oksigen yang menghasilkan air. Ia kemudian akan bertanya, ”apakah pengetahuan tentang reaksi ini baik atau jelek? Di mana kebaikannya atau kejelekannya? ” selanjutnya ia akan mengatakan bahwa ilmu kimia itu netral. Kalau orang menggunakan reaksi kimia itu untuk mengelas pipa saluran air minum yang bocor, itu tindakan yang baik; tetapi jika ia mempergunakannya untuk meledakkan rumah orang lain, itu jahat. Oleh karena itu ilmu kimia tidak netral, ia mengandung potensi yang berbahaya. o Anggapan bahwa ilmu pengetahuan itu ”bebas nilai” (value free) juga datang dari kaum positivis. Menurut mereka, kalau ilmu-ilmu sosial mau berlaku sebagai ilmu pengetahuan, harus dapat menghasilkan hukum umum dan prediksi-prediksi ilmiah sebagaimana dalam ilmu-ilmu alam. Untuk mencapai tujuan itu, sebuah riset sosial harus menghasilkan deskripsi dan penjelasan ilmiah yang tidak memihak dan tidak memberi penilaian apapun. [1]
Aspek aksiologis Orientasi Antroposentrik Orientasi ini berkisar sekitar manusia, jadi seakan-akan manusia itu adalah penentu dari segala-galanya untuk kelanjutan hidup yangada di dunia atau alam sekitar. Orientasi Theosentrik Pada orientasi ini lebih difokuskan atau berkisar tentang Tuhan. Pandangan theosentrik dalam Islam secara tegas dan jelas tertuang dalam beberapa surat dalam Al-Qur’an. Di antaranya surat Al-An'am ayat 162 dan surat Muhammah ayat 19: Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam". Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu. ”
Paradigma ilmu-ilmu Islami Ilmu adalah hasil dari pelaksanaan perintah Tuhan untuk memperhatikan dan memahami alam raya ciptaan-Nya, sebagai manifestasi atau penyingkapan tabir akan rahasia-Nya ﺍﻟﻠﻪ Jagad Raya Manusia Tanda-tanda Alloh Manusia Wahyu
Tanggung jawab ilmuwan thd lingkungan n n Al-Ghozali mengatakan “ Barang siapa berilmu, membimbing manusia dan memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi dirinya, juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang harum dan menyebarkan keharumannya kepada orang yang berpapasan dengannya. Al-Ghozali juga mengatakan : “ Seluruh manusia akan binasa, kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmupun akan celaka kecuali orang-orang yang mengamalkan ilmunya. Dan orang-orang yang mengamalkan ilmunyapun akan binasa kecuali orang yang ikhlas”. ‘barang siapa bertambah ilmunya tetapi tidak bertambah dekat dengan Tuhannya, maka… Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat ) perbuatan mereka, agar mereka segera kembali ke jalan yang benar” Q. S. Rum 30: 41